Kontak Kami
Jl. Balikpapan - Handil II Rt. V No. 219 Sei Raden Kel. Handil Baru Kec. Samboja Kab. Kutai Kartanegara Kalimantan Timur 75279 Telp/Fax. 0541 7893964-082151305004
Senin, 25 Juni 2012
Mengurai mimpi menciptakan sejarah prestasi
“Bermimpilah,
karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu”. Sepintas ucapan Andrea Hirata dalam
“Laskar Pelangi”. Kalimat sederhana yang tidak semua orang memahaminya. Tentu
saja bukan arti mimpi sebenarnya yaitu bunga tidur. Tidak, bukan itu. Lebih
unik lagi, kata guru saya KH. M. Idris Jauhari-bermimpilah di siang hari dan
kejarlah mimpimu.
Jujur, kalimat “mimpi” di atas masih menjadi tanda tanya
di benak saya hingga kini pun masih dalam proses pencarian makna. Pembaca
bingung kenapa saya bicara tentang mimpi, di siang hari, bukankah mimpi di
malam hari saja susah?. “Mimpi” ini muncul ketika masih nyantri, saya tentu
saja ketika itu masih imut dan agak lugu untuk golongan santri. Guru saya (KH.
M. Idris Jauhari) menjelaskan tentang menggapai cita-cita dan kesuksesan.
Kami-para santri- sami’na wa atho’na dalam kebaikan dari apa yang beliau
sampaikan.
“salah satu ciri orang tidak mau maju dan sukses adalah
tidak memiliki kemandirian” begitu pertama kali membuat kami tersentak, bukan
karena acaranya malam hari, tapi karena ketegasan beliau menyampaikan taushiah.
Saya sadar, mandiri itu kan berarti harus berdiri
sendiri, berpijak pada keputusan sendiri, mampu mengatasi masalah dan kendala
sendiri, mencoba mencari solusi sendiri, pokoknya semua sendiri. Masya Allah,
hati saya bergejolak ketika itu, di pondok begitu amat susahnya keadaan, makan
tempe tahu setiap hari-itupun-belum hitungan goreng sendiri.
Belum lagi kala mau mandi saja, kalau air pam mati, kami
dengan semangat 45 harus menimba air ataupun numpang mandi di tadah air milik
petani tembakau seputar pondok. Benar-benar susah keadaan kala itu, padahal
setiap bulan saya sudah membayar iuran wajib santri.
Belum lagi, kala malam waktu saya belajar, pas mati
lampu, genset hanya mampu menerangi beberapa tempat saja, beruntung bulan
purnama, belajar di tengah cahaya bulan dan lilin. Apakah saya mengeluh? Tidak.
Saya jalani perjuangan itu selama 4-5 tahun dan lulus dengan tangis bahagia
orang tua.
Rupanya, maksud dari mimpi itu. Adalah berusaha sekuat
tenaga, semaksimal mungkin, semampu daya pikir dan usaha. Jangan pernah
menyerah dengan keadaan. Dan jangan bergantung pada alat atau sarana. Buah dari
perjuangan itulah yang membawa kita menuju kesuksesan. Raihlah prestasi
sebanyak mungkin. Begitu semangat menggelora ketika itu.
Saat ini, santriwan-santriwati Pesantren Al-Islami
Al-Arsyadi banyak sekali bermimpi. mimpi mereka untuk mengejar prestasi terus
ditingkatkan. Hal ini terbukti dengan mengikuti berbagai gelaran event
menjelang akhir tahun 2011.
Di antaranya, ikut serta dalam Pertamina English
Community Competition yang berlangsung 12-13 November di Balikpapan. Sebuah
pengalaman berharga, yang diikuti santri dalam beberapa bidang lomba seperti,
English speech, English presentation, English poetry reading, English Spelling
Bee, English News Announcer, English Telling Story, English Writing. Meskipun
tidak menjuarai di masing-masing bidang lomba tersebut, namun sebagai ajang
perdana santri keluar kota, sebuah pengalaman manis berhasil ditorehkan
walaupun hanya menjadi finalis pada English News Announcer dan English Telling
Story.
Di bulan Desember, santri Al-Arsyadi kembali menorehkan
prestasi di ajang bergengsi Gelar Prestasi Siswa yang diselenggarakan oleh
Mapenda Kab. Kutai Kartanegara.
Di ajang ini, santri berhasil menyabet emas dalam Tenis
Meja Ganda Putra Tingkat MTs Se-Kukar. Runner Up Lari 100 M Putra, Runner Up
Bulutangkis Ganda Putri Tingkat MTs Se-Kukar.
Dan tentu saya sadari, saat ini, lembaga kami amat sangat
jauh dari serba lengkapnya sarana, atau kurangnya pelatih ataukah guru yang
berkualitas. Tidak, yang kami yakini, bahwa bukanlah sarana yang menjadi
pendukung penuh prestasi kami melainkan ada kemauan dan kemandirian untuk
berani tampil di panggung prestasi.
Al-Arsyadi, Semakin hari terus menuju ke arah yang lebih baik
Sebagai langkah nyata pemenuhan
kebutuhan dan penunjang dalam kurikulum pendidikan. Ekstrakurikuler khususnya,
PP. Al-Islami Al-Arsyadi sudah memiliki sarana prasarana kegiatan yang dapat
menjadi pilihan bagi santri. Di antaranya; pengadaan ruang laboratorium
komputer dan multimedia, olahraga dan bela diri, keterampilan seni dan budaya
serta kegaitan pramuka.
Beragamnya kegiatan santri di dalam pondok,
tidak lain merupakan upaya agar mereka (red; santri) mampu menumbuhkembangkan
bakat dan keterampilan. Paradigma pendidikan keterampilan santri memang terus
digalakkan secara kontinyu. “Semua kegiatan di sini, diperuntukkan untuk santri
agar bakat dan keterampilan mereka terasah dan tentunya bekal mereka nanti
ketika terjun di tengah masyarakat”, Demikian disampaikan H.Udin-sapaan akrab
KH. Drs. Saifuddin Marzuki.
Selain
itu, H. Udin menambahkan, kegiatan
santri tersebut juga wujud nyata dari visi pesantren. Yaitu, mencetak
kader-kader pemimpin umat yang ber-imtaq dan iptek serta mampu bersaing secara
positif demi kemajuan umat islam.
Pesantren
yang kini disebut-sebut sebagai satu-satunya lembaga pendidikan Islam Terpadu
di wilayah Kecamatan Samboja. Memang, terus melakukan inovasi paradigma
pendidikan yang berkesinambungan. Dengan mengkombinasikan pendidikan Iman dan
Takwa serta Ilmu pengetahuan dan Teknologi dalam satuan kurikulum pendidikan
pesantren.
“Di
pondok ini, santri tidak hanya mendapatkan ilmu umum saja, tetapi juga ilmu
agama yang juga penting untuk mereka milki”. Ujarnya saat menjelaskan tentang
kurikulum pesantren.
Dengan
sistem Home Full Day Schooling dan Dormitory System (red; sekolah
santri dan mukim di asrama) adalah bagian dari inovasi paradigma pendidikan. Pesantren
yang berdiri di atas tanah seluas 35.100 m2 dan
dihuni 300-an santri yang berasal dari berbagai wilayah seputar Samboja, Muara
Jawa, Sanga-sanga dan beberapa kota lain di Kalimantan Timur ini. Dengan tidak
mengenal lelah untuk belajar, beribadah dan beramal. Yang tentunya tak terlepas
dari tuntunan sunnah Rasulullah SAW.,.
KH. Drs. Saifuddin Marzuki, selaku pimpinan
pondok sekaligus sebagai kepala sekolah baik di tingkat MTs dan SMA Islam
Ulumuddin mencoba mengembangkan pola pendidikan Islam Terpadu. Dimana kurikulum
kementrian agama dan diknas dipadukan dengan kepesantrenan.
Al-Arsyadi
kini semakin menapakkan jati dirinya dengan pendidikan Islam Terpadu. Dengan
mengacu pada pendidikan penciptaan karakter santri dengan didasarkan pada
ketujuh paradigma pendidikan.
Pendidikan
kepesantrenan ini kedepannya akan menjadi grandmaster plan pendidikan
kesantrian di Al-Arsyadi, meliputi tujuh aspek, meliputi; Pertama, Spiritual
Education, dengan melandaskan keyakinan (Iman), syariat (Islam),
prilaku dan akhlaq (Ihsan). Santri diharapkan mampu menerapkan
praktek-praktek ibadah baik yang wajib maupun sunnah. Kedua, Intellectual
Education, sama halnya dengan kurikulum yang berlaku pada Kementrian
Pendidikan Nasional ataupun yang mengacu pada Kurikulum yang berlaku pada
Kementrian Agama. Hanya saja, pada aplikasi terapannya lebih ditekankan pada
pemantapan bahasa, khususnya Arab dan Inggris.
Ketiga, lanjut H.Udin-adalah- Emotional Education,
santri memliki potensi dan bakat yang perlu diasah dan dibina secara
optimal. Kecerdasan intelektual mereka juga diusahakan melalui berbagai
kelompok keilmuan dan penerbitan, karena dari sinilah akan lahir bibit-bibit
intelektual muda, penulis, penerjemah, wartawan dan berbagai profesi lainnya.
Keempat, Vocational Education, bertujuan
menanamkan “jiwa”
wiraswastawan dan pekerja keras dalam diri mereka, sehingga bisa dijadikan
bekal ketika sudah terjun di tengah-tengah masyarakat. Komputer adalah salah
satunya Kelima, Social Education, pendidikan yang dinamis, dimulai dari kehidupan di kamar, masjid, dapur, kelas dan sarana-sarana umum lainnya. Semuanya dibingkai dengan nilai-nilai Islami, Ma’hadi, Tarbawi dan Wathoni.
Keenam, Leadership and Management Education, Pendidikan kepemimpinan dan manajemen dididik lewat berbagai kegiatan; dari kelompok-kelompok santri, klub-klub minat, keorganisasian, kepanitian, dan kepramukaan. Semuanya itu insya Allah menjadi media yang efektif untuk mencetak santri menjadi seorang pemimpin yang kapabel dan profesional, walaupun disadari penekanannya pada pemberian bekal-bekal dasar kepemimpinan dan manajemen.
Dan ketujuh, Natural Environmental Education pendidikan mencintai lingkungan yang dikondisikan lewat program ri’ayatul bi’ah yang berlangsung secara mekanik dan dilakukan oleh para siswa, dalam merawat dan membersihkan lingkungan secara kesadaran dan bertanggungjawab. Prinsip dari pola pendidikan ini adalah “tidak ada sampah di pondok ini kecuali yang berasal dari alam”.
Pola
tujuh pendidikan tadi, kini terus digalakkan dan diharapkan ke depan menjadi
karakter pesantren dalam menuju persaingan global. Keberadaan pesantren di
tengah masyarakat heterogen ini, menjadi pencerah bagi umat. Dimana selain
mendukung program pengentasan buta aksara, tetapi juga minimnya kesadaran untuk
belajar ilmu agama dapat terpenuhi di Pondok Pesantren Al-Islami Al-Arsyadi.
Langganan:
Postingan (Atom)