“Bermimpilah,
karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu”. Sepintas ucapan Andrea Hirata dalam
“Laskar Pelangi”. Kalimat sederhana yang tidak semua orang memahaminya. Tentu
saja bukan arti mimpi sebenarnya yaitu bunga tidur. Tidak, bukan itu. Lebih
unik lagi, kata guru saya KH. M. Idris Jauhari-bermimpilah di siang hari dan
kejarlah mimpimu.
Jujur, kalimat “mimpi” di atas masih menjadi tanda tanya
di benak saya hingga kini pun masih dalam proses pencarian makna. Pembaca
bingung kenapa saya bicara tentang mimpi, di siang hari, bukankah mimpi di
malam hari saja susah?. “Mimpi” ini muncul ketika masih nyantri, saya tentu
saja ketika itu masih imut dan agak lugu untuk golongan santri. Guru saya (KH.
M. Idris Jauhari) menjelaskan tentang menggapai cita-cita dan kesuksesan.
Kami-para santri- sami’na wa atho’na dalam kebaikan dari apa yang beliau
sampaikan.
“salah satu ciri orang tidak mau maju dan sukses adalah
tidak memiliki kemandirian” begitu pertama kali membuat kami tersentak, bukan
karena acaranya malam hari, tapi karena ketegasan beliau menyampaikan taushiah.
Saya sadar, mandiri itu kan berarti harus berdiri
sendiri, berpijak pada keputusan sendiri, mampu mengatasi masalah dan kendala
sendiri, mencoba mencari solusi sendiri, pokoknya semua sendiri. Masya Allah,
hati saya bergejolak ketika itu, di pondok begitu amat susahnya keadaan, makan
tempe tahu setiap hari-itupun-belum hitungan goreng sendiri.
Belum lagi kala mau mandi saja, kalau air pam mati, kami
dengan semangat 45 harus menimba air ataupun numpang mandi di tadah air milik
petani tembakau seputar pondok. Benar-benar susah keadaan kala itu, padahal
setiap bulan saya sudah membayar iuran wajib santri.
Belum lagi, kala malam waktu saya belajar, pas mati
lampu, genset hanya mampu menerangi beberapa tempat saja, beruntung bulan
purnama, belajar di tengah cahaya bulan dan lilin. Apakah saya mengeluh? Tidak.
Saya jalani perjuangan itu selama 4-5 tahun dan lulus dengan tangis bahagia
orang tua.
Rupanya, maksud dari mimpi itu. Adalah berusaha sekuat
tenaga, semaksimal mungkin, semampu daya pikir dan usaha. Jangan pernah
menyerah dengan keadaan. Dan jangan bergantung pada alat atau sarana. Buah dari
perjuangan itulah yang membawa kita menuju kesuksesan. Raihlah prestasi
sebanyak mungkin. Begitu semangat menggelora ketika itu.
Saat ini, santriwan-santriwati Pesantren Al-Islami
Al-Arsyadi banyak sekali bermimpi. mimpi mereka untuk mengejar prestasi terus
ditingkatkan. Hal ini terbukti dengan mengikuti berbagai gelaran event
menjelang akhir tahun 2011.
Di antaranya, ikut serta dalam Pertamina English
Community Competition yang berlangsung 12-13 November di Balikpapan. Sebuah
pengalaman berharga, yang diikuti santri dalam beberapa bidang lomba seperti,
English speech, English presentation, English poetry reading, English Spelling
Bee, English News Announcer, English Telling Story, English Writing. Meskipun
tidak menjuarai di masing-masing bidang lomba tersebut, namun sebagai ajang
perdana santri keluar kota, sebuah pengalaman manis berhasil ditorehkan
walaupun hanya menjadi finalis pada English News Announcer dan English Telling
Story.
Di bulan Desember, santri Al-Arsyadi kembali menorehkan
prestasi di ajang bergengsi Gelar Prestasi Siswa yang diselenggarakan oleh
Mapenda Kab. Kutai Kartanegara.
Di ajang ini, santri berhasil menyabet emas dalam Tenis
Meja Ganda Putra Tingkat MTs Se-Kukar. Runner Up Lari 100 M Putra, Runner Up
Bulutangkis Ganda Putri Tingkat MTs Se-Kukar.
Dan tentu saya sadari, saat ini, lembaga kami amat sangat
jauh dari serba lengkapnya sarana, atau kurangnya pelatih ataukah guru yang
berkualitas. Tidak, yang kami yakini, bahwa bukanlah sarana yang menjadi
pendukung penuh prestasi kami melainkan ada kemauan dan kemandirian untuk
berani tampil di panggung prestasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar